Senin, 25 Juli 2011

saepudin penemu harta karun

Warga Bogor heboh menyusul ditemukannya harta karun berupa perhiasan emas murni 24 karat. Sepuluh diantaranya berbentuk emas batangan masing-masing seberat 1 Kg. Lima batang bergambang Bung Karno, mantan Presiden RI pertama, berikut tanda-tangan dirinya. Saepudin (27), sang penemu, mengaku mendapat bisikan gaib dari seorang kakek berjanggut dan berjubah putih. Ia dibisiki untuk menggali sumur di dalam rumahnya. Siapa kakek berjubah putih itu? Dan benarkah harta karun temuan itu murni terbuat dari emas?

Rumah mungil di Kampung Hulu Rawa RT 02/05, Desa Bantarsari, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Jabar itu mendadak ramai dikunjungi orang dari berbagai penjuru. Kabar tentang penemuan harta karun peninggalan Bung Karno, memang telah merebak ke mana-mana. Dan, di dapur rumah itulah, Saepudin, sang pemilik rumah, menemukan 27 buah perhiasan emas berbagai bentuk. Lelaki muda beranak dua dari dua istri itu menemukannya saat menggali sumur, persis di bagian dapur rumah.

Harta karun itu berupa emas sebanyak 10 batang seberat masing-masing 1 Kg. Kemudian beberapa gelang emas keroncong bergambar ular naga, lima buah gelang emas rantai dan sebuah liontin bertuliskan “Allah” dalam huruf Arab. Uniknya, lima batang diantaranya bergambang Soekarno, mantan Presiden RI pertama. Di bawahnya juga tertera tanda-tangan sang proklamator itu. Disisinya bertuliskan “24 K”. Sedangkan liam lainnya bergambar lambing padi dan kapas, yang ditengahnya terdapat tulisan “LM”. Di atas lambing itu tertulis “999,9” dan di bawahnya tertulis kata “London”.

Menggali sumur

Seperti dituturkan Saepudin, penemuan emas itu berawal dari sebuah mimpi saat ia terlelap, Rabu (18/5/2004) lalu. Saat itu, seorang pria tua berjubah putih dan berjanggut sepanjang 2 meter, datang menemuinya. Meski dalam mimpi, namun Saepudin merasakan hal itu seperti nyata. Tubuhnya serasa melayang di atas awan. Sang kakek tergambar sebagai sosok yang penuh wibawa. Suaranya besar, namun lembut dan sejuk. Orang tua itu mengaku bernama Haji Syafei yang juga bernama lain Ki Ageng Tirtayasa.

Dalam pertemuan itu, si kakek memberikan wejangan Saefudin tentang banyak hal. Diantaranya meminta Saepudin bertobat, dan mengamalkan ajaran kebaikan. Selain itu, Haji Syafei juga menjanjikan bantuan, asalkan Saepudin mau melaksanakan ibadah salat lima waktu. Diakhir pertemuan, si kakek berjubah itu meminta agar Saepudin menggali sumur di dalam rumahnya. Seperti diakui Saepudin, sebenarnya ia memang berencana membuat sumur di luar rumah. Tepatnya persis di dekat pohon pepaya di samping masjid AT Taqwa Hulu Rawa. Namun karena pria berjanggut putih itu melarang, maka Saepudin menuruti permintaannya. Sebab ia juga memberi tahu akan adanya hikmah dibalik semuanya.

Keesokan harinya, Kamis (20/5/2004), Saepudin minta bantuan tetangganya, Ace (30), untuk menggali sumur di lokasi yang ditunjukkan dalam mimpinya. Kepada Ace, Saepudin berpesan akan adanya hikmah dalam penggalian sumur itu. Tanpa tahu makna ucapan Saepudin, Ace pun mulai menggali. Bersama Saepudin, pekerjaan dimulai pukul 06.00 WIB. Dalam waktu dua jam, penggalian sudah mencapai dua meter. Ketika itulah Saepudin merasakan adanya daya tarik yang kuat dari dalam bumi. Lantas mereka berdua istirahat sebenar.

Setelah itu pekerjaan dilanjutkan. Nah, ketika galian mencapai jarak tiga meter, garpu pengeruk tanah Ace membentur benda keras. Agaknya, Saepudin mulai merasakan adanya sesuatu yang nyata dari mimpinya. Lalu pengalian yang semula mengenakan garpu diganti dengan tangan. Ketika itulah mereka menemukan batangan perhiasan dari emas bergambar Presiden Soekarno sebanyak lima batang. Kemudian secara berturut-turut ditemukan batangan emas bergambar padi dan kapas, serta berbagai perhiasan jenis gelang dan liontin.

Sumur keramat

Setelah benda-benda itu diangkat, tiba-tiba saja air menyembur dari dalam tanah. Menurut logika, tidak mungkin kedalaman tiga meter bisa mengeluarkan air. Pada kedalaman 3 meter itu masih sejajar dengan jalan dibagian bawah rumahnya. Sebab seperti diketahui, rumah Saepudin terletak di dataran yang lebih tinggi. Artinya, bila hendak mendapatkan air sumur, kedalaman ideal harus mencapai minimal 7 meter. Namun, yang terjadi sebaliknya. Air itu bisa menyembur hanya dari kedalaman 3 meter. “Mungkin inilah hikmah sebagaimana dikatakan Haji Syafei dalam mimpi saya,” tutur Saepudin.

Hanya dalam waktu dua hari, kabar penemuan emas oleh Saepudin merebak ke mana-mana. Nama Saepudin pun bukan hanya terkenal, tapi juga menjadi buah bibir. Dan uniknya, sumur tempat ditemukannya emas-emas lantakan itu, kini dikeramatkan orang. Setiap hari, ratusan orang mengunjungi rumah Saepudin untuk melihat hasil temuannya, sekaligus meminta air sumur untuk beragam alasan. Maemunah (45), warga Ranca Bungur, sengaja datang ke rumah Saepudin hanya untuk meminta air sumur keramat itu. “Saya bawa air ini mudah-mudahan bisa menyembuhkan penyakit rematik suami saya,” ujarnya sambil menunjukkan air sumur dalam kemasan plastik.

Benda Gaib

Melihat ciri-ciri temuan Saepudin, banyak yang menyebut bila itu adalah harta karun peninggalan Soekarno, Presiden RI pertama. Sebab, beberapa di antara emas batangan itu bergambar Soekarno sekaligus tandatangannya. Selama ini, banyak kalangan mengatakan bila Bung Karno meninggalkan banyak harta yang sering disebut harta amanah. Namun, harta-harta itu tidak bisa dicairkan dengan mudah. Ada banyak syarat untuk mencairkannya. Dan jumlahnya, konon mencapai ratusan triliun. “Lebih dari cukup untuk membayar seluruh utang-utang negara kita,” tutur Gus Dharma Aji kepada penulis beberapa waktu lalu.

Harta-harta amanah inilah yang kerap pula disebut harta karun Bung Karno. Hanya saja, benarkah emas yang ditemukan Saepudin itu harta karun peninggalan Bung Karno? Dan bagaimana keasliannya? Ternyata, banyak yang meragukan. Pascapenemuan emas itu, pendapat masyarakat beragam soal asli tidaknya. Ada yang menyebut asli, dan tidak sedikit pula yang menyatakan tidak. Pendeknya, rasa penasaran soal keaslian itu menyebabkan polisi mengambil salah satu emas batangan untuk diteliti di Puslabfor Mabes Polri. Namun saat ditanyakan ke ahli perhiasan di sebuah pegadaian di Bogor, hasilnya negatif. Artinya batangan yang disebut emas itu ternyata hanya logam biasa.

Tokoh masyarakat setempat, yang juga mantan pengasuh pondok pesantre Al Hidayah, Hulu Rawa, KH Mohammad Shidiq, juga tidak percaya keaslian benda-benda temuan Saepudin. Menurut KH Mohammad Shidiq, benda seperti itu banyak dimiliki orang, termasuk kerabatnya sendiri. Namun, KH Mohammad Shidiq mengakui bila itu bukan benda sembarangan. Benda-benda itu termasuk barang gaib yang dikuasai mahluk halus sebangsa jin. “Benda-benda itu dikuasai mahluk halus dan tidak bisa diperjual belikan. Bahkan tidak laku dijual,” katanya.

Saepudin sendiri amat yakin benda-benda temuannya terbuat dari emas asli. Dirinya pun tidak keberatan bila pemerintah ingin mengambil alih dari tangannya. Hanya saja, ada empat syarat yang harus dipenuh. Pertama, santuni fakir miskin. Kedua, santuni anak yatim. Ketiga, santuni janda-janda miskin. Dan keempat, memperbaiki masjid yang ada di kampungnya. “Itu semua sesuai dengan bisikan gaib yang diterima dari Haji Syafei,” tegasnya. ***

----------------------------
KH Mohammad Shidiq, tokoh masyarakat Hulu Rawa:

Asli atau tidaknya benda-benda itu harus dibuktikan oleh ahlinya. Jejak yang mengarah adanya harta karun di daerah ini tidak ada. Hanya saja, dulu dekat rumahnya Saepudin, memang ada lobang tempat persembunyian, zaman Belanda. Jadi kalau ada sirine dan pesawat, orang-orang masuk ke dalam lubang itu untuk menghindari bom. Malahan ada yang lahir di lubang itu. Cuma, saya tidak melihat adanya jejak harta karun.

Waktu saya mau membuka pondok pesantren, dia yang mewakafkan tanahnya. Nah, di lokasi pesantren itu juga pernah ditemukan emas semacam yang ditemukan oleh Saepudin itu. Cuma karena santrinya sedikit, akhirnya pesantren tidak berlanjut. Sekarang yang aktif hanya majelis taklim.

Yang punya barang seperti itu sebenarnya banyak, tapi tidak digembar-gemborkan. Kalau dijual juga tidak laku. Sebab itu termasuk barang gaib, yang masih dikuasai jin atau mahluk gaib lain. Barang itu ada yang punya, ada yang memasukinya, yakni mahluk gaib. Menjualnya pun tidak sembarangan, harus ijin kepada yang nganciknya itu. Kalau dijual begitu saja, tidak bisa. ***